Blognya kelas MIA 2 SMAN 2 Cibinong , 37 Anak yang mempunyai karakter yang berbeda-beda , ada perempuan berjiwa baja sampai lelaki berjiwa hello kitty ,Inilah tempat dimana untaian kisah kisah perjalanan kami nan indah bak surga sementara yang kami lalui dengan suka maupun duka , Selamat Datang dan ALLAHUAKBAR!
Kisah Pertempuran Ambarawa
Seperti
yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah
selatan kota Semarang-Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara
Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara
sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA ).
Pada
tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir
Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan
tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini
diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik,
bahkan Gubernur Jawa Tegah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan
bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang
Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun,
ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang
untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, justru mempersenjatai
mereka sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata
timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang,
tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara
Keamanan Rakyat ( TKR ) dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang
pimpinan M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara
Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat
campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana.
Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang
menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu
Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan
pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di
Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan
Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa,
Suruh dan Surakarta.
Tentara
Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik. Pada
saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar
Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman
berusaha membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur.
Sejak gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Soedirman
merasa kehilangan perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan
untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan nafas
baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara
komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat.
Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua
sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,
Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal
23 Nopember 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak
dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan
Belanda di Jalan Margo Agung. Pasukan Indonesia antara lain dari Yon
Imam Adrongi, Yon Soeharto dan Yon Sugeng. Tentara Sekutu mengerahkan
tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke kedudukan
Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke
Bedono.
Pada
tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan
para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam
04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pertempuran berkobar di
Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa
dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung
sengit, Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan
taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap sehingga musuh
benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya
terputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut
Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Kedahsyatan
Palagan Ambarawa juga tercermin dalam laporan pihak Inggris yang
menulis: “The battle of Ambarawa had been a fierce struggle between
Indonesian troops and Pemuda and, on the other hand, Indian soldiers,
assisted by a Japanese company…." Yang juga ditambahi dengan kalimat,
“The British had bombed Ungaran intensively to open the road and strafed
Ambarawa from air repeatedly. Air raids too had taken place upon Solo
and Yogya, to destroy the local radio stations, from where the fighting
spirit was sustained…”
Kemenangan
pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan
Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang
Kartika.
Dan
hingga kini, darah pejuang yang membasahi bumi Ambarawa adalah bukti
dari keteguhan serta pengorbanan untuk mempertahankan harga diri bangsa
yang harus tetap kita pertahankan sampai kapanpun.
Artikel Terkait Perjuangan Kota Stlh Merdeka
Labels:
Perjuangan Kota Stlh Merdeka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment